Monday, November 1, 2010

Biarkan Aku Jadi Milik-Mu

Novel ini merupakan buku kedua dari Trilogi karya Gola Gong ini, buku pertamanya berjudul  Pada Mu aku bersimpuh dan buku ketiganya adalah tempatku disisiMu. Novel ini mengisahkan kemelut yang dihadapi Hakim,dia menyimpan rahasia ketika dia di Kairo yaitu dia telah memiliki istri, Namlok warganegara Thailand, dan seorang anak perempuan, Aisyah.Rahasia itu semakin terpendam ketika ayahnya meninggal dan meninggalkan wasiat dia harus menikahi Anah, seorang dokter . Akhirnya Hakimpun dengan terpaksa menikahi Anah, tapi sejak hari pertama setelah ijab qabul Hakim belum pernah menjamah Anah. Sampai akhirnya Hakim mengajak Anah menemui Namlok istrinya dan Aisyah anaknya. Walaupun sempat bersitegang tapi akhirnya dengan kebijaksaan Anah merekapun menerima keadaan dan mengajak Namlok dan Aisyah berkumpul bersama di Indonesia, belum lama sampai di rumahnya Hakim dihajar oleh Bashir adiknya yang sudah mengetahui rahasianya sampai akhirnya nyawa Hakim tak terselamatkan. Karena kesedihan yang berturut-turut membuat Namlok memutuskan untuk pulang kembali ke Bangkok,sedangkan pembagian laba perusahaan yang merupakan warisan dikirim ke rekeningnya untuk masa depan Aisyah. Setelah masa iddah Anah selesai walaupun sebenarnya tidak perlu karena Anah masih perawan, Bashir melamar Anah, pacarnya, sebelum ayahnya menikahkannya dengan Hakim. Akhirnya Anahpun menerima lamaran Bashir.
Novel ini menunjukkan kepada kita bahwa sebuah rahasia suatu saat pasti akan terungkap, dan setiap kebohongan akan diikuti dengan kebohongan-kebohongan selanjutnya. Selain itu kebijaksanaan saat menghadapi masalah sangat diperlukan karena masalah yang diselesaikan dengan amarah maka akan menimbulkan masalah yang baru. Dan jika setiap masalah yang kita hadapi selalu meminta petunjuk Allah maka InsyaAllah jalan keluar yang baik akan diperoleh. Dan kita tahu disini mungkin kekuatan nafsu amarah lebih besar dan menguasai diri seseorang dibandingkan nafsu seksual, yaitu saat Bashir sanggup menolak tawaran Diana adik tiri Anah untuk ‘bersenang-senang’ tetapi ia tidak sanggup menahan gejolak amarahnya kepada Hakim kakaknya. Akantetapi  itupun tergantung seberapa besarkah posisi nafsu-nafsu  itu menguasai diri masing-masing orang.

No comments:

Post a Comment