Saturday, November 6, 2010

Anakku Dibunuh Israel

 Buku ini berisi kisah nyata tentang terbunuhnya Imad Fayez Mugniyah yang disinyalir dilakukan  oleh Israel yaitu pada 12 Februari 2008 mobil misterius yang berisi bom itu singgah di depan rumahnya dan meledakkan tubuhnya hancur berkeping nyaris tak tersisa. Karena catatan perjuangannya nyaris mirip dengan catatan perjuangan Che Guevara maka penulis berinisiatif menjulukinya ‘Che Guevara’ Timur Tengah.
Berbagai organisasi ia ikuti mulai dari Al Fatah, PLO, Syiah Amal sampai Hizbullah (kepala staff sayap militer, tangan kanan Hasan Nasrullah) Dia berpikir bahwa madzab dalam sebuah organisasi tidaklah penting, namun yang jauh lebih penting bahkan terpenting adalah orientasi dan komitmennya bagi perdamaian, kemanusiaan dan kemerdekaan tanah airnya. Imad Mugniyah adalah sosok super misterius, membaca dirinya berarti kita telah membaca peta jaringan intelijen terhandal dan tercanggih dunia. Sampai-sampai Robert Baer (Pejabat Intelijen AS,CIA) mengatakan “ Bisa jadi Imad adalah operatif terhandal dan terpandai yang (CIA) pernah hadapi dibandingkan yang lain termasuk KGB. Bahkan ibunyapun melihat foto Imad setelah kematiannya Ibunya hanya memiliki foto masa kecilnya dan tidak mempunyai banyak kenangan tentangnya. Kata-kata yang diucapkan ibu Imad Mugniyah saat ia meninggal “ Satu-satunya kesedihan yang saya rasakan saat ini adalah saya tidak punya anak muda yang dapat kuberikan kembali di jalan jihad dan perjuangan. Saya rela keti anak saya syahid di jalan jihad. Setiap kali kita menghadiahkan seorang syahid di jalan jihad dan perjuangan, semangat kita kan semakin bertambah kuat untuk berjuang. Para musuh ! jangan membayangkan bahwa mereka telah mengalahkan kami. Ketahuilahkami tidak kalah dan tidak pernah kalah. Seandainya saya punya anak banyak yang dapat melanjutkan jalan perjuangan, maka akan saya pesembahkan semua pada Allah”. Dari kata-kata ibu Mugniyah sangat menunjukkan keikhlasan seorang ibu menyerahkan anaknya di jalan Allah dan menyadari bahwa anak adalah titipan Allah yang diamanahkan kepadanya untuk  dijadikan sebagai pasukan Allah menyebarkan dan mempertahankan Islam dibumiNya.
Sedemikian dahsyatnya kebencian AS, Israel dan sekutu-sekutu mereka terhadap sosok Mugniyah hingga mereka menjulukinya dengan predikat ‘The Master of Teror’. Hanya Osamah bin Laden –pasca tragedy 9/11 yang mampu melampaui peringkat pertamanya dalam daftar ‘Most wanted Terrorist’ (The London Financial Time). Danny Yatom (mantan kepala Mossad, Badan Rahasia Israel) menjulukinya Teroris Tak Bermuka “Pergerakannya sangat hati-hati jejaknya begitu rahasia, sehingga jangankan menjamahnya mendapatkan gambarnya saja susah.”. Mugniyah adalah sosok tak terlihat di balik kesuksesan Hizbullah dalam mengalahkan Israel dalam perang 33 hari tahun 2006 di Libanon. Sehingga secarik informasi tentang dirinya dan kepala Mugniyah dihargai $ 5 juta ( Rp.50 Milyar).
Saat pemakaman anak kandung Imad, Jihad Mugniyah yang menyatakan “Aku tidak pernah melihat ayahanda kecuali sebagai ayah yang sangat menyayangi anak-anaknya, membimbing dengan penuh perhatian dan mendidik dengan keseriusan, walau banyak beban lain yang harus dipikulnya. Ayahanda ..kau selalu tenang dan dermawan dalam hidupmu, Sebagaimana dalam kesyaidanmu. Sedangkan kami anak-anakmu dan teman-teman yang besar dalam madrasah perjuanganmu akan melanjutkan jalan suci, jalan para nabi dan imam, jalan manusia-manusia yang merdeka dan jiwa-jiwa yang besar, betapapun besar pengorbanan yang harus kami berikan.” Hal ini menunjukkan dengan kematian ayahnya tak melemahkan perjuangannya tetapi sebaliknya lebih mengobarkan semangat jihad.  Sayyid Hasan Nasrullah (seketaris jenderal Hizbullah)sebagai penghormatan pada Mugniyah “Mugniyah adalah bagian dari sekelompok tentara Allah yang tak dikenal di bumi, tetapi di kenal di langit. Seorang yang jihad, ibadah malam, kelelahan dan kehidupannya telah diperdagangkan hanya kepada Allah.
Dengan kematian Imad Mugniyah jangan dikira akan melemahkan perjuangan umat Islam tapi malah sebaliknya membakar semangat mereka untuk lebih bejuang lagi.

No comments:

Post a Comment